HARI ESOK AKAN LEBIH BAIK
Aku tengadah menikmati rintik hujan yang tengah turun, berharap
hujan akan lebih deras lagi, karena
aku perlu hujan untuk menenangkan hatiku. Tema
hidupku hari ini adalah “Rain is Beautiful” entah aku terlalu berlebihan atau
aku memang tengah dirasuki sesuatu yang lebay. Yang
pasti dengan begini aku akan baik -
baik saja. Lalu lintas di
jalanan lenggang, hanya ada
segelintir orang yang tetap berlalu lalang dan repot -
repot mambawa payung dan memakai jas hujan. Aku akhirnya berdiri dan
melanjutkan perjalanan, ketika aku
asyik bermain-main dengan pikiranku sendiri tiba-tiba ada seseorang yang
menabrakku. Aku berseru dalam hati, lalu
menatap orang tersebut. Berdiri di
hadapan seorang wanita jepang berkulit coklat halus yang tengah memegangi
bahunya yang kemungkinan karena disitulah titik kami saling bertabrakan. Aku
membiarkan saja bahuku yang berdenyut protes.
“ Sorry! Really really sorry..i didn’t see you. I’m
hurried...are you okay? ,” Sama
sepertiku ia basah kuyup karena ia tak mengenakan payung, jas
hujan, dan sebangsanya.
“ Okay, i’m fine.Where
will you go?,” dengan sedikit kemampuan bahasa inggrisku aku menjawab.
“ You can speak in English. Oh
thanks God. Finally i found
someone can communicate to me. I’m lost in this city. I will go home after i
arrounded this city,’’
“ Are you alone? ,”
“yes, i’m alone. Could you help me?,” Ia menatapku serius.
“ Yes. Where do you
live? ,”
“ I live on Veronica street number 17 in this city, and
my number house is 17th too. Do
you know where it is? ,’’ Aku terpaku mendengar jawabannya, bukannya
itu rumahku. Siapa dia?
Kenapa tiba- tiba rumahku didatangi makhluk berwajah jepang seperti ini ?
“ When did you arrive here? ,’’
“ I arrived this morning,
why ? ,’’ Pagi ini, ia tiba di rumahku pagi ini. Kenapa aku tidak tahu jika
akan kedatangan tamu. Ibu tidak memberitahuku.
“ Why do you come here ? ,’’
“ I moved from Tokyo, Japan. Because
i followed my Dad, and We have a family who lives here,
and i will live here,’’
“ Can You speak in Indonesian ? ,’’
“A bit, I can. I ever
learned indonesian. Selamat Pagi,’’Ia mengucapkan selamat pagi dengan fasihnya. Akan
tetapi permasalahannya bukan itu tetapi siapa dia?Siapa wanita ini?maksudnya
apa? Keluarga? Drama apa lagi ini?
“ Sorry, who are you?,’’ Aku memicingkan mataku menatapnya
terpengaruh melihat matanya yang sipit. Ia tersenyum simpul tapi masih ada
sedikit kebingungan pada wajahnya.
“ I’m Natsuka Kaneshiro, you can call me Nata. And
you?what’s your name?I ever seen your
face,’’ Dia mengulurkan tangannya padaku.
“ I’m Elezar Nessia, Nessi,’’ Aku menerima uluran tangannya, kami
berjabat tangan sesaat.Ia tersenyum bahagia, sementara sikapku
masih ketus. Aku adalah tipikal yang selalu curiga bukan apa-apa akan tetapi
waspada kepada orang yang baru dikenal, ibuku
selalu mengajarkan ini padaku. Aku
memang tidak pulang malam
ini, aku lembur kerja di toko buku. Dan
saat sebelum aku berangkat bekerja paruh waktuku
kemarin aku bercekcok dengan Ibuku. Ia mengatakan telah menikah kembali di
jepang 2 bulan yang lalu tanpa sepengetahuanku. Apa itu tidak gila namanya? Ia
telah meninggalkanku seorang diri di Indonesia selama 1 tahun, pulang- pulang
ia mengatakan bahwa ia telah
menikah. Rasanya aku bukan lagi anaknya. Keluargaku
memang rumit. Orangtuaku telah bercerai ketika aku duduk dibangku kelas 1 SMA semester awal, ayah menikah tak lama setelah bercerai dengan ibuku. Ibuku yang
masih terpukul menyibukkan diri dengan bekerja. Kebetulan ia adalah karyawan
sebuah perusahaan jepang yang bercabang di Indonesia, dan dipindah tugaskan ke jepang. Aku yang
ketika itu duduk di kelas 2 SMA semester awal tidak mau ikut dengannya karena alasan aku tidak mau pindah-pindah sekolah. Akhirnya ia menitipkan aku pada nenek. Dan sepertinya aku tahu
siapa wanita yang seumuran denganku ini.
“Sorry, Could
you bring me home? ,’’ sepertinya ia mulai tak sabar menungguku. Aku mengangguk
saja lalu berjalan didepannya sebagai navigator. Pakaian kami sama-sama basah,
Ia sama denganku tidak memakai payung atau jas hujan. Tapi yang aku heran dari
manusia yang katanya dari jepang ini adalah mengapa kulitnya berwarna coklat
layaknya orang indonesia justru berbanding terbalik denganku yang memiliki kulit
putih seperti kulit mereka. Hanya memerlukan waktu beberapa menit saja kami
sudah berada di depan rumah kami. Nata tersenyum girang, ia melonjak bahagia
lalu entah mengatakan apa dengan bahasa ibunya. Aku hanya nyengir kuda, lalu
membuka pintu gerbang yang hanya setinggi kepalaku untuknya. Kini Nata tertegun. BERSAMBUNG......